Satu cara Google untuk mengembangkan jejaring sosial miliknya yakni dengan memanfaatkan kepopuleran Google. Mereka yang terdaftar atau hendak miliki akun Google wajib terhubung dengan Google Plus. Cara ini cukup efektif. Jumlah pengguna Google+ meningkat. Kini Google tak wajib lagi lakukan itu.
Layanan Google cukup beragam dan sangat populer. Selain Google+ masih ada layanan email, video, dokumen, cloud, kalender, dan masih banyak lagi. Dengan sejumlah layanan itu Google berharap pengguna sudi untuk bergabung dengan Google Plus.
Cara ini sangat berbeda dengan apa yang dilakukan jejaring sosial lain. Twitter dan Facebook misalnya, mereka hanya miliki satu layanan yakni jejaring sosial itu sendiri. Dengan kata kalin agar Google+ ‘kecipratan’ lonjakan pengguna, Google mengandalkan popularitas layanan miliknya.
Pendaftaran otomatis ke Google Plus dimulai sejak tahun 2012 lalu. Strategi tersebut cukup efektif dan mendongkrak ‘penghuni’ Google Plus. Namun pertumbuhan pengguna meningkat tapi seakan Google+ laiknya ‘kota mati‘. Interaksi di dalamnya tidak seriuh sebagaimana di Twitter atau Facebook.
Pada kuartal kedua 2014, proses registrasi otomatis Google ke Google Plus telah dicabut. Ada dugaan ini dilakukan sepeninggal petinggi Google+ Vic Gundotra yang telah hengkang pada bulan April lalu. Dugaan lain yakni alasan yang lebih masuk akal untuk tawarkan layanan ke pengguna sesuai dengan kebutuhannya. Google melihat tidak ada fungsi urgensi pada kebijakan sebelumnya.