Gerhana bulan total telah terjadi pada 8 Oktober 2014 lalu dengan meninggalkan ingatan terjadinya bulan berwarna merah darah atau blood moon. Tahukah Anda? Blood moon bukanlah pemandangan biasa. Justru dari kejadian ini dapat diketahui apakah kualitas udara di suatu wilayah baik atau buruk karena polusi.
Warna bulan yang makin
berwarna merah saat gerhanan menjadi petunjuk tingkat
polusi udara cukup mengkhawatirkan. Sebenarnya jika suatu wilayah masih rendah kadar polusinya, bulan tersebut memiliki warna kekuningan. Saat terjadi blood moon memang terlihat indah, namun setidaknya hal tersebut dapat menjadi masukan bagi otoritas yang berwenang untuk lebih memperbaiki kualitas udara di wilayahnya.
Secara teori, warna merah pada saat blood moon terjadi akibat pendaran cahaya dari bulan mengenai partikel polusi udara. Partikel tersebut terdiri dari gas dan debu. Pendaran cahaya tersebut menimbulkan spektrum warna merah darah. Hal ini tidak jauh beda dengan kejadian saat matahari hendak terbenam di ufuk barat. Atau, hal serupa juga muncul tatkala abu gunung berapi menghalangi cahaya matahari, lantas seolah menjadikan wujud matahari menjadi merah.
Dikutip dari
laman BeritaSatu, pada saat dimulainya gerhana bulan total, warna dari bulan akan berubah menjadi merah tembaga. Selanjutnya, makin tertutup cahaya bulan oleh bayangan bumi, warnanya beranjak menjadi merah darah.
Gerhana bulan total yang terjadi 8 Oktober lalu adalah rangkaian kedua dari Gerhana Bulan Tetrad atau gerhana bulan empat kali berturut-turut. Setelah 15 April dan 8 Oktober 2014, dua gerhana bulan total selanjutnya terjadi pada 4 April dan 28 September 2015 depan.